Tuesday, January 18, 2011

Engkau dan Kenanganmu

Buliran ini tak cukup untuk mengatakaan betapa aku merindukanmu
Karena itu aku tak akan menangis saat mengingatmu
Air mata itu hanya menjadi bukti kelemahanku atas dirimu
Yang selalu kau takutkan berlaku padaku

Seperti yang slalu kau ucapkan setiap pagi mengintip lewat jendela kamarku
Bahwa matahari telah menungguku di luar pintu
Bernafas dan bertanya dengan muka geram pada langkahku yang lamban
“Apa yang dapat kau lakukan hari ini, hai Nona Pemalas?”

Lalu hangat kamar dan aroma lelap yang mengundang lena
Masih menggelayuti geliat tubuh yang enggan beranjak
Derap langkah penjunjung kerjamu memberontak pada lantai-lantai yang bahkan belum hangat
Menyingkap tabir jendela yang membentengi cahaya

Seperti yang selalu kau katakan pada cahaya pagi yang menerobos
“Renggutlah lenanya dan kembalikan dia pada nyata, lalu sadarkan dia akan terjangan waktu yang tak sudi menunggu”
Senyummu mengembang ketika titik cahaya membelalakkan retinaku dan aku mulai membuka pintu untuk menjejakkan kaki di lantai-lantai yang beeku

Dan, pagiku telah tercipta
Tapi, bukan waktu yang mereka teriakkan karena matahari telah nampak
Pagi adalah waktu yang aku definisikan
Yaitu saat kau berhasil menceraikanku dari hangat tilam dan terdengar derit langkahku yang tergesa-gesa, karena setiap sudut dunia kecilku dipenuhi bulir cahaya.

Kini pagiku telah berlalu bersama tabur bunga di makammu
Tapi air mata tak dapat membentuk pagi yang sama


At the first night without you