Thursday, January 25, 2018

Ide Iseng



Kemarin saya menulis. Kebetulan sedang ada janji dengan teman-teman semasa kuliah dulu untuk membuat buku bersama. Sebuah buku yang berisi tulisan kami tentang cerita setelah kami menggantung jas almamater. Awalnya hanya sebuah ide iseng. Namun akhirnya bisa terwujud.

Saya belum tahu bagaimana rupa tulisan lain dan buku kami itu. Tapi saya percaya bahwa itu akan benar-benar bagus. Dua orang dari kami telah terbiasa dalam menangani masalah penerbitan dan perbukuan. Terimakasih untuk mereka.

Saya menyelesaikan tulisan itu di sekolah, di sela waktu mengajar. Toh, saya juga menulis tentang kehidupan saya di sekolah ini. Jadi suasananya mendukung, bahkan saat teman-teman ‘aneh’ saya mengganggu, rasanya baik-baik saja.

Cerita tulisan itu sederhana. Sangat sederhana. Kisah tentang bagaimana saya bisa menggeluti pekerjaan saya sekarang dan beberapa kasus yang saya temui selama saya bekerja. Menuliskan keseharian itu tidak mudah, tapi juga tidak sulit. Tidak sulit karena ada banyak sekali ide yang bisa dituliskan, jadi tinggal dipih saja.

Namun, ternyata tidak mudah juga. Sebab, rasanya saya tidak bisa menuliskan semua seperti yang saya alami. Saat membaca tulisan itu, selalu saja terasa ada yang kurang. Detail-detail kecil yang justru bisa memanggil kembali rasa yang mucul saat kejadian. Saya pikir itu tidak mudah, karena apa yang saya tulis itu adalah kejadian nyata. Kalau imajinasi, mungkin akan lebih mudah.

Tapi, syukurlah, akhirnya selesai juga. Mungkin tidak cukup memuaskan. Tapi untuk saat ini itulah yang bisa saya hasilkan.Walaupun begitu tetap menyenangkan rasanya. Sudah lama saya tidak menulis sepanjang ini. Memang tak begitu panjang, tapi rasanya cukup untuk kembali mengingatkan otak saya tentang bagaimanamenyenangkannya menyelesaikan sebuah tulisan yang memiliki tema tertentu. Benar-benar menyenangkan.

Saya lalu mengirimkan tulisan itu ke email teman saya untuk diedit dan di lay out hingga menjadi sebuah buku. Saya tak sabar menunggu untuk melihat seperti apa wujud dari ide iseng kami itu. Saya dengar buku kami itu akan selesai dalam beberapa hari ke depan. Saya benar-benar tak sabar ingin melihatnya. Semoga saja nanti ada kesempatan lagi untuk kami bisa menulis bersama. Benar-benar menyenangkan.