Tuesday, December 18, 2007

Sampai Saat Itu Tiba...

Aku ingin pergi, mengembara untuk menemukan segala hal yang tak pernah kulihat, kurasakan dan kusentuh. Mencari semua jawaban atas pertanyaan yang ada di dalam kepalaku. Banyak hal yang belum aku tahu, dan aku ingin tahu tentang banyak hal, karena itu aku mencari. Aku tak mau terkungkung dalam lingkaran yang hanya membuatku berlari berputar-putar. Aku benar-benar ingin melihat negeriku, dengan segala permasalahan dan penderitaan, bahkan aku ingin melihat dunia.

Menyedihkan, ketika menyadari bahwa aku tak mengetahui apa-apa tentang tanah dimana aku dilahirkan. Lebih menyedihkan, saat aku tahu aku belum berbuat apa-apa untuk saudara-saudaraku yang membutuhkan. Lihatlah di perempatan jalan raya itu !!! Dan tanyalah apa yang telah aku lakukan untuk mereka ! Maka, dapatilah aku terdiam seribu bahasa, tertunduk malu dan beku dalam kesunyian. Aku belum berbuat apa-apa, dan itu adalah jawaban yang paling menyedihkan.

Juga tanyalah padaku, tentang bahasa daerahku. Satu demi satu bahasa itu punah. Dari ratusan sub etnik Dayak, entah tinggal berapa lagi bahasa yang masih lestari. Bahasa yang masih adapun hanya menyisakan sedikit sekali penuturnya. Tanya padaku, dimana aku saat itu ? Tanya lagi padaku, tentang hutan-hutan Kalbar yang hagus terbakar, menyisakan asap yang perih dimata dan kenangan yang pedih di hati. Kemana aku saat itu?

Belum ada yang kuperbuat, hingga saat ini.

Karena itu aku ingin pergi. Melintasi hutan, sungai dan lembah daerahku. Aku ingin mencari kayu bakar, memanen jagung, juga menanam sayur di ladang-ladang yang tak subur. Aku ingin hidup di tengah-tengah mereka yang paling susah, mereka yang selalu berjuang untuk makan sore nanti, lebih dari keluargaku yang juga pas-pasan. Agar ketika aku pulang nanti, aku tahu apa yang harus kuperjuangkan. Tapi jangan berharap aku akan menenteng pengeras suara dan berteriak di depan gedung DPRD atau Gubernur. Tenggorokanku tak kuat.

Dan jangan pula berharap aku akan mengadakan dialog kebijakan politik, atau beraudiensi dengan para pejabat untuk meminta pertanggungjawaban mereka. Aku alergi dengan ruangan berAC, aku juga tak kuat lama-lama duduk dalam ruangan. Kakiku tak pernah bisa diam, makanya aku selalu terlambat masuk kuliah.

Tapi aku dianugerahi Tuhan 10 jari tangan yang sehat, dan cukup kuat untuk menekan tuts-tuts keyboard dari komputer tua ini. Maka, aku akan mulai mengukir satu demi satu huruf untuk kupajang menjadi sebuah kalimat, paragraf, dan terus berkembang. Lalu aku akan mengirimkannya pada media massa, biar dimuat dan dibaca.

Maaf kalau aku tak bisa berjuang dengan cara lain. Karena aku tak akan mengkhianati isi kepala dan hatiku. Aku berpikir bahwa ini adalah jalanku, caraku dan hidupku. Maka aku akan berjalan seperti ini.

Karenanya biarkan aku pergi. Mengembara dan mencari semua yang ingin aku temukan. Jangan halangi, apalagi hanya dengan alasan bahwa aku perempuan. Aku sudah dewasa, aku akan menjaga diriku sebaik aku menjaga keyakinanku. Aku kuat dengan doa. Aku tak akan lemah dengan ridhoNya, dan aku akan melangkah dengan mimpi-mimpiku.

Suatu saat akan tiba waktunya, aku akan benar-benar pergi mencari semua jawaban atas pertanyaanku.

1 comment:

Anonymous said...

Curhat yang bagus,
semoga terlaksana,
aku ikut mendoakan deh.

Memang kita harus bisa mengenali dan memaksimalkan potensi diri, serta menyalurkannya agar dpt bermanfaat seluas2nya.

So proud of you, girl.