Friday, January 25, 2008

Buku Mahal......Gilaaa...............

Malam ini aku pergi ke toko buku, dua buah toko buku yang cukup besar di kotaku. Aku tidak berniat untuk membeli buku, uang sakuku menipis, bahkan sudah sangat tipis. Aku hanya menemani seorang teman, dan tentu sambil mencari kesempatan untuk melahap buku, tanpa harus membelinya. Di toko buku pertama, aku sempat membaca buku berjudul “Off the Record”, sebuah buku yang menceritakan kejadian-kejadian seputar liputan dan meja redaksi wartawan media cetak. Kejadian yang tak pernah diberitakan, karena memang bukan untuk diberitakan.

Selesai dengan toko buku pertama, aku dan temanku beralih ke toko buku kedua. Jaraknya lumayan, 10 menit dengan mengendarai motor berkecepatan lambat. Kami memasuki toko buku di lantai yang terletak dilantai 1 itu, menggunakan eskalator dari lantai dasar.

Mataku lantas berhenti di barisan depan bertuliskan “ Buku Terlaris”. Ku ambil sebuah novel karya Habiburrahman El-Syirazy berjudul ‘Ketika Cinta Bertasbih 2’. “Rp. 61.000” tertulis dibelakang buku itu. Tuhan, aku terkesiap, betapa mahalnya buku di negeri ini, dengan tingkat ekonomi masyarakat yang seperti ini. Aku teringat bahwa di dalam tasku yang kutitipkan di depan toko ini juga ada buku yang sama. Aku telah habis membacanya tadi siang. Sayangnya, buku itu bukan milikku, aku meminjamnya kemarin.

Aku lalu berpikir tentang mahasiswa-mahasiswa sepertiku, dan mereka yang tingkat ekonominya mungkin lebih tinggi sedikit atau malah yang lebih mengenaskan. Bagaimana kami harus membeli buku, sedangkan untuk biaya kuliah saja, harus banting-bantingan. Bagaimana mungkin kami dapat membeli novel dan buku-buku lainnya, semntara untuk membeli buku utama penunjang mata kuliah saja udah bikun sesak nafas. Ah ... aku jadi merindukan para pelaku pembajakan, mereka yang membajak buku dengan kualitas kertas yang lebih rendah dan tentunya harga yang sangat miring.

Bukannya aku tidak tidak mengharagai hak cipta, ide itu memang mahal. Tapi negeri ini butuh pembaharuan, semua itu hanya akan tercipta jika para pemudanya memiliki kualitas akhlaq, ilmu dan pengetahuan yang memadai. Lantas, ketika buku-buku begitu mahal, bagaimana kami dapat menjadi pemuda yang berkualitas ? Jujur, jika ada pembajak buku, aku akan memilih terbitan mereka daripada penerbit buku resminya. Bahkan sebagian besar orangpun mungkin akan melakukan hal yang sama. Buku resmi terlalu mahal untukku.

Meskipun tentunya aku masih punya banyak cara, diantaranya pinjam, misalnya. Harus aku akui bahwa para peberbit alternatif (aku suka menyebutnya begitu, daripada pembajak) merupakan salah satu unsur yang mencerdaskan bangsa ini. Berapa banyak para sarjana dan ilmuwan yang terlahir dari buku bajakan. Itu memang pencurian terhadap hak cipta, tapi kami-kami yang miskin juga ingin pintar. Kalau aku jadi penulis suatu saat kelak (Amin Ya Allah....), aku takkan marah jika banyak penerbit alternatif membajak bukuku, kalau memang terbukti sangat mahal untuk masyarakat.

Silahkan saja, yang penting kalian pintar dan cerdas, aku halalkan ideku untuk kemajuan bangsa ini. Asal jujur saja mengakui ideku, kalau tidak, namanya plagiat murni. Aku mengutuk plagiat seperti itu. Ideku adalah milikku, tapi silahkan jika ingin memperbanyak bukuku.

Toh, aku juga sering melakukan hal yang sama. Aku tahu rasanya, memasuki toko buku, melihat buku-buku di rak, lantas hanya tersenyum kecut melihat harganya. Sumpah, rasanya aku ingin mengutuk angka-angka itu. Aku benar-benar dendam pada hal ini. Tunggulah suatu haru, semoga Tuhan mendengar do’aku. Aku akan punya perpustakaan yang super besar untuk orang-orang sepertiku, haus ilmu tapi kantong kerucut. Tunggulah akan kubalas toko-toko itu.
Aku mengatakan hal ini pada temanku.

Mereka berkata “ pendidikan tuh mahal Yan, ilmu juga mahal, wajar jak kalau buku juga mahal”

Aku langsung nyeletuk “ Kalo gitu memang wajar kalau negeri ini takkan maju-maju sampai hari kiamat” ujarku kesal

“Jangan salahkan kalau negeri ini selalu tertinggal, yang punye ilmu pelittt....” lanjutku

Teman-temanku hanya tertawa.

“Ya udah, kalau maok murah, bikin sendiri”

“Amin....suatu hari” jawabku.

1 comment:

Kusairi said...

Makanya pindah aja Ke Jogja. Insyaalah Engkau akan menemukan buku berserakan dengan harga permen karet.
Oke selamat dengan blog barunya. Maaf baru bisa terlacak.
Salam
Kusairi, Jogja