Saturday, November 11, 2017

Kriteria Pasangan???

Kamis, 19 Februari 2009, kemarin di kelas Listening Speaking, kami membahas tenbtang materi seputar pernikahan. Kelas kami dibagi menjadi 3 kelompok yang akan mendiskusikan pertanyaan yang berbeda, namun masih dalam topik yang sama. Aku berada di kelompok 2 yang beranggotakan Aku dari Indonesia, Hoshito Mizutani dari Jepang, Wei dari China dan Zein dari Saudi Arabia. Pertanyaan yang harus kami diskusikan adalah : " What the most important things to choose someone as your marrige partner ?"

"Same level education" sambar Wei cepat.

Menurutnya level pendidikan yang sama sangat penting untuk memilih pasangan hidup. Sebab, kesamaan level pendidikan akan membuat pasangan saling mengerti tentang pemikiran masing-masing. Seorang sarjana tentu berbeda cara pandang dengan seseorang lulusan SMA dalam memandang sebuah masalah.

"We can connect, and I think he can understand if I want to improve my ability, or I want to work in outside or the other things, because we have same orientation about education, ability and chance" ujarnya menambahkan alasan.

Intinya adalah persamaan level pendidikan akan membuat persamaan orientasi pemikiran atau perspektif, sehingga dia lebih mudah untuk mengembangkan potensinya, tanpa harus dihalang-halangi oleh suami. Sebab si suami sendiri memahami makna pendidikan dan pengembangan diri.

Wei gadis China yang cantik. Dia sangat antusias dalam mengikuti setiap pelajaran dikelas. Aku berada dalam 3 kelas yang sama, Listening/Speaking. Reading/Writing dan Grammar. Dalam setiap kelas itu, dia selalu aktif. Dia juga memiliki pendirian yang sulit untuk ditentang. Itu terbukti pada group project beberapa minggu yang lalu. Tema project tersebut adalah Travelling. Dalam salah satu bagian, kita harus membuat perjalanan impian kelompok yang tempat tujuannya ditentuykan bersama. Wei satu kelompok dengan Khaled, Hoshito dan Jasmine. Khaled dan Hoshito memiliki tujuan yang sama, sementara Jasmine berbeda, Wei juga. Sebenarnya dalam teori demokrasi sebenarnya Khaled dan Hoshito yang menang, tapi Wei menang. Wei berhasil membuat teman-temannya setuju. Dalam kesempatan presentasi, kulihat ketiga temannya tak terlalu tahu tentang tempat tujuan perjalanan mereka yang dipilih Wei, Kenya. Ron Metzler, dosen kami sempat membiacarakan hal tersebut.

" Its my choice" katanya renyah
" Wow..and your friends agree with you?"
" Of course, I am teh winner.." katanya lagi

Yah, Wei memang gadis yang luar biasa. Kadang aku belajar beberapa hal darinya.

" Same interesting, like hobby and others" kata Zein.

Alasan zein hampir sama dengan Wei. Pasangan harus memiliki kesamaan dan itu membuat mereka nyambung dan bertahan dalam bahtera rumah tangganya. Memiliki kesenangan yang sama akan membuat mereka bahagia, karena bisa berbagi tentang banyak hal. Bisa pergi kemana saja bersama dan menghabiskan waktu dengan kesenangan yang sama. Dia juga menambahkan level pendidikan yang seimbang. Itu akan membuat semuanya menjadi lebih baik.

Zein, pemuda dari Saudi Arabia. Penampilannya agak nyeleneh, sering terlambat tapi rajin mengerjakan PR. Dia juga aktif dalam beberapa kelas, dan gayanya seringkali membuat kelas terasa ramai. Kebiasaannya menggigit tutup pensil menjadi salah satu ciri khasnya yang paling menonjol. Setiap hari, jika menulis dan akan menghapus, dia menggigit tutup pensilnya yang berwarna perak dan kecil. Kadang dia mengulumnya sambil terus digigit. Dia duduk dengan santai, tapi dia akan segera mengeluarkan kertas PR nya begitu dosen datang. Dia lucu, tapi kadang membuat beberapa teman kesal, jika berada satu kelompok dengannya.

Aku dan Hoshito saling berpandangan, kemudian tersenyum.

"What...?" katanya.
" You first " kataku lagi. Dia diam sambil tersenyum dan menggelengkan kepala tanda tak setuju dengan Wei dan Zein.
" The most important things is comfortable" katanya pelan
" Yup, me too" kataku menyambar

No comments: