Saturday, November 11, 2017

Waktu, Sahabatku

Tak...tak...tak... begitu dentang jam berbunyi. Kian lama terasa semakin cepat, berlari dan mulai mengejar dan mengajar langkah. Ah, lama rasanya aku tak lagi bercanda dengan waktu. Tersenyum saat jarum-jarum berputar dan tertawa begitu detik terakhir tiba dan harus mulai dari awal lagi.

Sepertinya aku sudah mulai lupa kapan terakhir aku meledek waktu dan dia balas mengerjaiku. Ketika dia mendekat dan menyapa untuk membangunkanku, aku justru semakin rapat menutup mata dan membiarkan dia berjalan dengan muka yang cemberut. Dia lain waktu, dia membujuk matahari untuk lebih cepat tenggelam dan membuat bumi menjadi gelap sehingga aku harus pergi, sementara aku masih terlalu asyik dengan irama kehidupan sore. Aku hanya menatapnya dengan senyum muka kekalahan, lalu dia tertawa renyah ketika ku acungkan jari tengah sebagai tanda balas dendam.

"Aku membalasmu" teriaknya girang dan berlari riang diantara materi-materi yang maya. Aku menatapnya hingga dia hilang dalam cahaya yang tak terjemahkan.

Dilain waktu, kami duduk bersama di taman yang penuh dengan cahaya matahari. Dia bercerita padaku tentang masalalunya yang kadang tak begitu indah. Dia punya masalalu yang sangat panjang, panjang sekali. Sesekali dia menangis, sesenggukan dan menghapus air matanya dengan syal putih yang selalu menghiasi leher jenjangnya dengan manis. Tapi beberapa saat kemudian dia tertawa terbahak-bahak hingga tubuhnya bergetar.

Di saat yang berbeda, aku melihatnya sebagai sosok yang bengis, kejam dan tak punya hati. Seringkali kulihat banyak orang yang mengadu dan meminta dia kembali, tapi dia tak pernah menoleh sedikitpun. Kadang aku benci keangkuhannya, tapi dia tak peduli. Tapi aku tak bisa benar-benar membencinya, dia seringkali membuat kejutan-kejutan manis yang tak terlupakan. Entahlah, sulit sekali untuk mengerti dia.

Waktu, iya, aku tak ingat kpan pertama kali kami bersahabat. Aku hanya ingat, kami sering tertawa dan menertawakan sesuatu yang lain bersama-sama. Kenapa bersahabat denganku ?, katanya tiba-tiba di suatu hari yang berkabut,

"Entahlah" jawabku singkat

"Baiklah" katanyalagi. Dia pun tak pernah lagi menanyakan pertanyaan yang sama. Kami bertemu dan terus bercanda. Sampai akhirnya kami tak pernah lagi bertegur sapa. Aku ingat kata-katanya. "Aku tak bisa pergi darimu sampai kapanpun, karena kau telah memilih untuk menjadi sahabatku, waktu.
---------------------------------------

No comments: