Saturday, March 10, 2007

Di Balik Tatap Mata Temanku

Aku memberinya julukan Ms. Sky's Language, alasannya sederhana setiap kali dia berbicara di kelas selalu saja menggunakan bahasa-bahasa intelek yang sukar dimengerti plus dengan penempatan yang kadang kurang pas hingga kan lebih sulit lagi dimengerti. Aku selalu saja memprotesnya untuk satu hal terakhir itu, kalimat yang menjadi jurusku " I am so sorry pren, I tak ngerti ape yang you katelah " dan teman-temanku selau berteriak " Huuuuuuuuuuuuuu ", dia hanya tersenyum sambil berkata " Afwan, kebiasaan ". Di luar kelas, aku sering bercanda dengannya walau tentu saja tak banyak waktu untuk itu, karena memang kami tidak terlalu dekat. Dan masalah pun selesai. Begitulah caraku berinteraksi dengannya, sangat tidak lazim memang. Aku ingat pertama kali ketika bertemu dengannya, dia terlihat sangat sederhana dan bersahaja, dia paling sopan dan pendiam, iya waktu itu di adalah sosok yang menyejukkan 'propinsi kicauan lontar'. Ada beberapa temanku yang pernah sempat dekat sekali dengannya, namun waktu seperti pedang yang memisahkan kedekatan mereka. Bahkan beberapa "mantan" teman dekatnya itu kini seperti orang asing baginya. Entahlah siapa yang salah, aku tidak tahu dan tak pernah ingin tahu, karena memang itulah sifatku. Selama aku tidak merasa terganggu, aku tak punya niat untuk mengetahui apa-apa tentang orang lain termasuk siapa yang salah. Aku hanya mendengar dari teman-teman lain bahwa dia terlibat banyak sekali skandal. Hal itulah yang beberapa waktu terakhir ini mulai mengerogoti nama baiknya sebagai seorang aktivis yang cerdas, dan jujur. Aku sempat merasakan perbuatannya, juga beberapa temanku yang lain, tapi sekali lagi sikap cuek jauh lebih menguasaiku dari pada benci, dendam atau simpati. Jika banyak sudah teman-teman dari 'kicauan lontar' yang membencinya, maka aku bersikap seperti biasa, walau memang ku akui ada beberapa hal yang tak lagi kupercayakan ditangannya. Kadang aku tak habis pikir mengapa sosok seperti dia dapat melakukan hal-hal seperti itu, mungkin pikiran yang sama juga bermunculan dari otak teman-temanku yang lain. seperti sebuah mimpi, tapi saat ini kita bermain dalam kenyataan, walaupun aku tak pernah benar-benar tahu mana yang nyata dan mana yang maya. Apa ini yang namanya manusia ?, tak pernah ada yang sempurna dalam sosok seorang manusia. Entahlah......Tapi terlepas dari semua itu, aku sering kali menangkap tatapan yang begitu kosong dari matanya, tatapan kesendirian yang seperti tanpa ujung dari matanya yang cerdas. Dia sering terlihat hanyut dalam do'a dan tenggelam dalam tangisnya, itupun dikatakan sebagai topeng oleh beberapa teman, yah aku sendiri tidak terlalu peduli tentang itu. Aku lebih memaknai do'a bukan sebagai ajang penggeraian air mata didepan umum, makanya aku tak pernah suka jika diajak bermuhasabah massal. Bisa setuju, bisa tidak, kalau itu dikatakan topeng, aku tak mau ambil pusing soal itu. Tapi aku sangsi apakah tatapan itu juga topeng. Aku merasa tatapan mata itu bukan hal yang disengaja, malah hal yang ingin dia sembunyikan namun tak cukup terampil untuk menutupinya. Tapi apakah ada orang lain yang merasakan tatapan itu ??? memaknainya dan mencoba menelusurinya ??? sekali lagi jawabanku, entahlah.......Tapi satu hal yang pasti untuk saat ini, andai saja dia mau kembali seperti dulu dia butuh perjuangan keras untuk meyakinkan banyak orang karena dirinya telah terlanjur menempati black list. Tapi tidak ! Aku rasa dia tak perlu meyakinkan orang lain, dia hanya perlu meyakinkan dirinya sendiri, justru hal itulah yang paling sulit. Lalu muncul pertanyaan baru, dalam menghadapi hal yang sulit seperti itu, siapa yang rela untuk mendampingi dan membantunya, kembali mengobarkan semangatnya, dan menegurnya ???? Entahlah.........................................


June 27, 2006

No comments: