Wednesday, March 14, 2007

Surat Untuk Dia Yang Tertidur Selamanya

Selamat Malam, Sobat..........
Malam ini aku teringat padamu Entahlah kenapa ..........................
Mungkin karena angin yang berhembus semilir dan dingin yang membuatku rindu akan kehangatan persahabatan kita. Apa kabarmu malam ini ? Aku hanya berharap dinginnya bumi tempatmu terbaring saat ini dapat membuatmu tenang, hingga kau dapat melihat dengan jelas apa-apa yang terjadi pada negeri kita hari ini.
Seperti katamu teman, negeri ini adalah surganya para pejuang. Karena itu kita harus mempersiapkan segalanya untuk menjadi bagian dari perubahan besar itu. Kau bilang padaku bahwa negeri kita adalah negeri yang merdeka karena perjuangan dan pengorbanan para pemudanya. Oleh sebab itu kita tak boleh berdiam diri apalagi menyerah dan hidup dengan menerima apa yang telah ada. Lalu dengan tersenyum dan mengusap pipiku kau berkata " Kita harus memberontak, kita harus melawan setiap ketidak adilan yang kita terima. Tidak seorang manusiapun yang tercipta untuk dianiaya dan menderita”.
Kau mengajarkanku untuk membuat perubahan yang lebih baik, sekecil apapun itu. Pemikiran kita bisa mengubah dunia, dan tak akan ada yang mampu menghalangi kita untuk berpikir, tidak rasa lapar, tidak pula pucuk-pucuk senapan yang dingin. Ketakutan tidak akan pernah tercipta di jiwa-jiwa yang merdeka “. Oh ya... satu lagi, aku ingat saat itu kau menawariku segelas susu hangat, padahal kau tahu benar, aku tak menyukai minuman berwarna putih itu. Namun kau berkata " Aku tahu kau tak menyukainya, tapi cobalah untuk merasakan kenikmatan dalam tiap regukan. Cobalah untuk meneguknya dengan membayangkan wajah-wajah kuli peternakan yang letih. Mereka yang terus saja memerah meskipun senja telah menggantung di ufuk barat. Mereka yang terus melakukannya demi memperjuangkan kelanjutan hidup dari buah hati dan kekasih tercinta, maka kau akan tahu betapa kenikmatan itu menyatu dengan ketulusan perjuangan dalam segelas susu hangat ini, meski tak jarang juga bercampur dengan keserakahan para tengkulak dan tuan tanah. Tapi sekali lagi cobalah. Lagi pula susu adalah minuman para Nabi, bukankah kau sangat mengagumi mereka ? " ujarmu seraya memainkan ujung pensil yang merupakan kebiasaanmu.
Hmmmmm...... Sobat, sampai saat ini aku masih minum susu, bahkan setiap hari. Aku sendiri tak tahu, apakah itu karena aku mulai menyukai rasanya atau hanya seperti katamu, aku mencoba mencari kenikmatan dalam regukannya. Tapi yang jelas, jika dulu aku minum susu sambil membayangkan wajah-wajah kuli peternakan yang lelah, saat ini dan mungkin sampai seterusnya, aku meneguk minuman putih itu dengan mengingat wajahmu yang tersenyum padaku untuk terakhir kali, sebelum kau tertidur untuk selama-lamanya. Saat ini aku baru mengerti maksud perkataanmu waktu itu, ‘Sore ini biarkan aku menggegam tanganmu sejenak, karena esok mesti kau minta, aku takkan pernah menyentuhmu lagi. Bukan karena aku tak menyayangimu, tapi bumi tak akan mau berbagi denganmu, dia hanya ingin aku tidur dalam pelukannya, tanpamu dan tanpa siapapun, Maaf ya sayang…….’
Selamat malam, makhluk terindah, semoga kau senantiasa tersenyum dipelukan bumi. Dan terima kasih telah membuatku minum susu. Tanpamu mungkin sampai saat ini aku takkan pernah menyentuh segelas susu hangat. Sekali lagi terimakasih.

September 11, 2006

1 comment:

Admin said...

Kenangan indah,
Seindah penulisannya disini.